Bazaar, begitulah sebutan untuk pasar tradisional yang ada di wilayah Timur Tengah. Menjadi salah satu tempat favorit saya selama di sini. Padahal dulunya saat di Indonesia paling sebel kalau mau ke pasar tradisional karena biasanya becek dan bau. Teringat dulu kalau pulang dari pasar tradisional, pasti minimal kaki agak-agak basah gimana deh. 😝 Sekarang sih sudah ada pilihan pasar modern, yaitu pasar tradisional yang dikemas secara modern dengan lantai keramik dan penataan yang menarik. Jadi untuk menyusuri pasar rasanya menjadi lebih nyaman.
Bazaar atau bisa juga disebut Grand Bazaar (karena cakupan areanya yang sangat luas) di kota Sulaymaniyah masih lebih mengarah kepada pasar tradisional yang orisinal. Namun, walaupun masih tradisional, pasarnya tidaklah becek dan bau, sekalipun di tempat penjualan unggas dan daging-dagingan. Hal lainnya yang menarik dari bazaar adalah konsep one stop shop. Segala kebutuhan dari A sampai Z, kalau memang niat untuk ngubek pasti akan ada. Mulai dari kebutuhan pangan sehari-hari (sayur, daging, buah, roti, beras, dll) sampai ke perintilan kendaraan. Pernak-pernik untuk rumah, handphone, kamera, jam, mainan anak, peralatan olahraga, keterampilan tangan (jahit, sulam, seni), alat musik, perhiasan emas, permainan genggam, dan lain-lain dan lain-lainnya. Aaaaah..., segala deh! Bisa terbayang kan serunya menyusuri setiap lorong bazaar.
Bazaar ini merupakan bentuk kota tua dari Sulaymaniyah. Didirikan sebagai sebuah kota pada tahun 1784 oleh Ibrahim Pasha Baban, seorang pangeran Kurdish. Nama Sulaymaniyah (Kurdish: Slemani) sendiri berasal dari nama seseorang, yaitu Biiyik Siileyman Pasha. Meskipun baru didirikan di sekitar abad ke-17, namun wilayah Sulaymaniyah sudah ada dan dikenal pada jaman kuno, yaitu sekitar tahun 880 SM ketika Raja Assyrian menaklukkan wilayah ini. Berbagai peninggalan prasasti, ukiran, dan bangunan kuno ada sebagai bukti sejarahnya dan sebagian besar tersimpan di Museum Sulaymaniyah. Cerita sejarah lengkapnya bisa dibaca di sini.
The Old City of Sulaymaniyah |
Konsep bazaarnya berupa pasar yang bentuknya terbuka, terdiri dari banyak blok namun secara garis besar ada lima jalan utama sebagai penandanya dan pos polisi sebagai titik tengah pemisah. Di setiap jalan terdapat banyak kios-kios maupun emperan, dan bila jalan tersebut disusuri akan banyak lorong-lorong kecil lainnya yang bercabang ke sana sini dan penuh dengan barang jualan yang bervariasi. Apabila lorong-lorong tersebut pun disusuri, pada akhirnya akan bisa sampai ke bagian jalan utama lainnya. Belibet gk sih cara saya menjelaskannya?! 😅 Mungkin akan lebih mudah dipahami bila diterjemahkan langsung ke dalam bentuk gambar, ya! Berikutnya saya akan menjelaskan lebih rinci mengenai bazaar dan isinya sambil diselingi dengan beberapa gambar agar lebih mudah dibayangkan.
Bagian yang sama dari pasar, dulu dan sekarang. |
Pos polisi sebagai titik tengah pemisah ke-5 ruas jalan utama |
Pusat dari bazaar ini adalah Mesjid Agung (Grand Mosque) yang terbuka untuk siapa saja. Di sekitaran mesjid ini (di luar gerbangnya) juga digunakan oleh para pedagang untuk menjajakan barang dagangannya.
Mesjid Agung, dulu dan sekarang |
Pedagang di depan Mesjid Agung |
Para pedagang yang ramai berjualan di sepanjang jalan di luar Mesjid Agung |
Meskipun bazaar saat ini sudah mengalami banyak perkembangan dari masa ke masa, namun bukti-bukti kejayaannya ketika menjadi kota tua Sulaymaniyah masih tampak dari beberapa bangunan peninggalan masa-masa itu seperti Hotel Farah, Sofy Karim House, Haje Rashid Osman Chauash, SARA Castle, dll.
Berikut gambar-gambar bangunan peninggalan yang sebagian besar sudah direnovasi.
Kurd's Heritage Museum dari masa ke masa |
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya kalau di bazaar segala sesuatu dapat ditemukan. Enaknya lagi, barang-barang yang sejenis akan dapat ditemukan di satu area tertentu dari bazaar. Misalnya, pedagang sayuran-sayuran dan buah-buahan ada di satu area. Pedagang kain-kain ada di area lainnya. Begitu pun pedagang barang-barang bekas punya area sendiri. Hal ini tentu saja memudahkan pengunjung untuk mencari kebutuhannya. Berikut beberapa kumpulan foto sebagai gambaran isi bazaar.
Buah delima (pomegranate) dan blackberry |
Sayuran yang di atas saya lupa namanya, padahal sudah diberitahu oleh penjualnya. Kalau gambar yang bawah namanya kngr. |
Area sayur dan buah |
Daging domba dan sapi |
Area kacang-kacangan |
Area bahan pakaian, didominasi warna bling-bling 😁 |
Area acar (pickles) |
Pedagang teh (permanen dan mobile) |
Area kurma |
Area sweets |
Area daging unggas |
Kalau gambar-gambar di atas mewakili kebutuhan makanan dan pakaian, maka gambar-gambar berikut mewakili kebutuhan-kebutuhan lainnya. 😍
Perhiasan emas yang secara umum ukurannya besar-besar 😍 |
Area handphone |
Area games (PSP, Xbox) |
Area barang antik, karpet handmade dan buatan mesin |
Selain untuk membeli barang-barang baru, para pengunjung bazaar pun cukup antusias untuk membeli barang-barang bekas (second hand), termasuk saya dan suami. Bahkan setiap kali kami berkunjung ke bazaar, tempat ini tidak pernah terlewat sekalipun terutama untuk suami saya yang sangat senang membeli mainan untuk anak-anak. Lumayan banget loh dapat mainan berkualitas dan tak jarang bermerek dengan harga miring. Anaknya senang, kantongnya pun nyaman. Ahahahah....
Di area ini, ada mainan, pakaian, sepatu, tas, peralatan dapur, dan pernak-pernik lainnya.
Pernak-pernik dan mainan bekas |
Pakaian bekas. Jenis pakaian yang dijual mengikuti musim yang ada. Saat musim dingin, jaket dan coat yang dijajakan. Berganti musim berganti pula jenis pakaiannya. 😊 |
Sama halnya dengan pakaian, sepatu bekas ini pun mengikuti musim. Berbagai boots dijual saat musim dingin seperti saat ini. |
Buat pengunjung yang ingin mencari hewan peliharaan pun ada area tersendiri di bazaarnya. Hanya saja menurut saya, hewan-hewan yang dijual kondisinya agak kurang terawat. Sepertinya mereka tidak diperlakukan secara hewani, namun tetap saja ada pengunjung yang membeli. Mungkin karena faktor kasihan. 😞
Di bazaar juga tersedia tempat-tempat penukaran uang (money changer). Ada yang bentuknya lebih formal dan permanen seperti toko, namun ada pula yang mobile layaknya kios-kios kecil penjual pulsa. Pada kenyataannya memang kios ini menjual pulsa fisik sekaligus menjadi money changer. Walaupun bentuknya berbeda, nilai tukar yang mereka tawarkan sama saja, tidak ada perbedaan sama sekali. Jadi tidak perlu takut untuk menukar uang di mana pun.
Lihatlah lembaran-lembaran uang dollar yang diletakkan begitu saja. Tak ada rasa takut di mereka kalau seandainya uang tersebut hilang. Tapi memang begitulah di sini. Saya sebagai pendatang selalu merasa aman ke mana pun pergi. Bahkan ketika tanpa sengaja saya meninggalkan barang di suatu tempat, hingga saat ini tak sekalipun pernah kehilangan sampai saatnya barang itu saya ambil kembali. Karakter jujur melekat kuat di mereka.
Bayangkan saja, bila waktu istirahat makan siang atau sholat tiba, para pedagang pergi saja meninggalkan dagangannya tanpa perlu mengunci pintu atau merapikan barang-barangnya. Hanya dengan bermodal tongkat atau kain penutup sebagai penanda bahwa penjual sedang tidak ada di tempat. Luar biasa, kan?! Saya tak pernah berhenti kagum akan hal ini.
Dagangan yang hanya ditutup dengan selembar kain |
Tongkat kuning sebagai sistem pengaman 😅 |
Bagaimana? Sudahkah Anda puas menelusuri pasar bersama saya? Capek? Jangan aaah!! Kan cuma 'jalan-jalan' lewat gambar. Sebagai penutup, berikut kumpulan gambar-gambar lainnya secara acak.
Jajanan pasar yang rasanya muaaaaniis banget |
Berbagai barang tembikar |
Satu-satunya toilet yang tersedia di bazaar, memberi kenyamanan untuk perempuan yang membawa anak |
Si Kaka sedang mendemonstrasikan penggunaan alat potong untuk menghias makanan. Ayam pun ikutan menonton 😆 |
All fresh juices 😋 |
Seru sekali kan jalan-jalan di bazaar ini. Saya sudahi dulu ya jalan-jalannya sampai di sini, harus siap-siap nih buat dinner Valentine. Cieeeee.... 💓💓
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading my story. I would be happy to read your comment. :)