Lokasi jualan kuaci favorit 😄 |
Semenjak tinggal di tanah rantau ini, saya jadi doyan makan kuaci. What?? Kuaci??
Yes, kuaci.. 😁 Padahal ini kan makanan ringan yang sudah biasa di Indonesia. Dari kecil saya sudah mengenal dan makan kudapan ini. Tapi, karena waktu itu rasanya sungguh merepotkan untuk makan kuaci, harus digigit ujungnya, lalu dibuka dengan tangan untuk bisa mendapatkan biji kuaci, jadilah kuaci tidak menjadi favorit. 😅
Anyway, kuaci itu umumnya dari olahan biji bunga matahari. Tapi, biji buah semangka dan biji waluh pun bisa dijadikan kuaci. Nah, kuaci yang akan saya bahas di sini adalah si biji bunga matahari, ya.
Bunga matahari merupakan tanaman yang berasal dari negara Meksiko dan Peru. Kemudian pada abad ke-17 mulai tersebar ke belahan dunia lain. Tanaman ini menghasilkan bunga yang besar dan indah dan bijinya yang mini dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi kudapan (kuaci) dan minyak untuk masak maupun produk kosmetik.
Tanaman bunga matahari dan bijinya yang disebut kuaci
(sumber foto: google)
|
Meskipun berukuran mini, ternyata kuaci punya banyak manfaat loh. Satu porsi kuaci kupas (100 gr) mengandung lemak sehat (lemak tak jenuh tunggal dan ganda) yang berguna untuk menjaga kesehatan jantung dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. Selain itu, kandungan lainnya antara lain:
- Satu porsi kuaci juga mengandung sekitar 6 gr protein dan 2,5 gr serat.
- Vitamin E : memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat dan dapat mengurangi risiko penyakit jantung.
- Folat : dibutuhkan untuk sintesis DNA.
- Fosfor : menjaga kesehatan tulang.
- Selenium : antioksidan mencegah kerusakan sel.
- Mangan : membantu produksi sel tulang.
- Tembaga : membantu kesehatan jantung dan fungsi kekebalan tubuh.
- B6 : membantu perkembangan dan fungsi kognitif.
- Seng : membantu metabolisme dan fungsi kekebalan tubuh.
Kembali ke cerita saya yang dulunya tidak doyan kuaci, lalu kenapa sekarang ujug-ujug malah jadi doyan, ya?? Ntahlah. Apa mungkin karena sudah makin terampil cara makannya, ya? Hasil observasi cara makan kuaci orang lokal memang sangat membantu. Tidak perlu bantuan tangan untuk mengambil isi biji kuaci, semuanya hanya mengandalkan gigi dan lidah. Dan tentu saja tangan sekedar untuk memegang kuacinya. Hahahahhah... Bisakah Anda bayangkan caranya? Tidak perlu tutoriallah 😉
Kuaci, yang dalam bahasa Kurdinya adalah gullabarozha, cukup populer di kalangan masyarakat lokal sini. Tidak perlu merek apapun, karena biasanya dijual secara eceran. Dapat ditemukan di supermarket (ada yang sudah dikemas dalam plastik, ada pula yang bisa dibeli sesuai berat yang kita mau dengan ditimbang terlebih dahulu). Dapat juga ditemukan di pinggir jalan dan inilah yang selalu menjadi pilihan kami karena kuacinya fresh, dipanggang di tempat. Jadi, ketika baru dibeli, kuaci masih terasa hangat dan tentu saja rasanya akan lebih garing. 😋
Video kuaci sedang dipanggang menggunakan perangkat sederhana
Saat sedang piknik, kuaci hampir selalu dipastikan ada. Terlihat dari sebaran kulit kuaci di berbagai lokasi piknik yang pernah kami datangi, seperti taman, bukit, dan gunung. Kalau kata salah satu teman saya, sungguh nikmat rasanya menghirup teh panas dengan kuaci sebagai cemilannya sembari mengobrol dengan teman-teman. Nah, kalau kebiasaan kami di rumah sih makan kuaci sambil nonton TV.
Kuaci selalu menemani 😛 |
Selain dimakan dengan cara langsung seperti itu, ternyata kuaci juga dapat diolah menjadi salah satu makanan khas Kurdi. Chorak namanya, pertama kali saya cicipi ketika membeli madu di pasar dan Kaka (red: panggilan untuk laki-laki) penjualnya menawarkan makanan ini. Menurut informasi yang saya dapatkan, biasanya chorak dibuat dengan menggunakan biji wijen. Namun chorak yang saya coba pada saat itu malah menggunakan kuaci.
Chorak dengan topping kuaci |
Penasaran bagaimana rasanya?! Silakan mencoba untuk membuatnya. Berikut resepnya:
Bahan:
3 butir telur
1 gelas gula halus/bubuk
3 gelas tepung
1 bungkus baking powder
1 1/2 sendok makan vanila bubuk
1 gelas minyak (perlu tambahan untuk mengoles tangan)
1/2 sendok teh garam
Bahan topping: biji wijen atau biji bunga matahari (kuaci)
Langkah pembuatan:
1. Masukkan telur dalam wadah agak besar. Tambahkan gula halus. Aduk sampai rata menggunakan hand whisk saja.
2. Tambahkan minyak, kemudian aduk kembali.
3. Masukkan vanila dan tepung. Aduk hingga semua tepung tercampur rata.
4. Tambahkan baking powder dan garam. Aduk dengan spatula sampai rata. Uleni sebentar sampai adonan tidak menempel lagi di tangan.
5. Oles telapak tangan dengan minyak. Lalu ambil adonan kira-kira 1 sdm, bentuk pipih. Kemudian salah satu permukaannya diletakkan di atas bahan topping pilihan hingga menempel.
6. Panaskan oven terlebih dahulu. Panggang dengan suhu sekitar 170-180 derajat Celcius dengan waktu kurang lebih 20-25 menit atau hingga matang.
7. Angkat, dinginkan, sajikan dengan minuman hangat.
Mudah bukan?! Tunggu apa lagi, silakan dieksekusi. 😄😄
Wow..ada tutorial cara makan kuacinya lagi..
ReplyDeleteHihi..
Berbagi ilmu namanya, Kaka. :D
Delete