11.2.19

MASA IYA SIH ADA KOTA KRISTEN DI IRAK?

Gerbang utama kota Alqosh

Masa iya sih ada kota Kristen di Irak? Pertanyaan ini pun terbersit di benak kami sebelumnya dan jawaban atas pertanyaan ini pun agak terjawab ketika melihat simbol kekristenan terpampang besar di pintu masuk gerbang kota. 

Berikut adalah cerita tentang perjalanan keluarga kami menelusuri kota Alqosh yang terletak di wilayah Niniwe, Irak pada saat libur lebaran tahun 2018 silam. 

Sebenarnya kota ini tidak termasuk dalam daftar tempat yang akan dikunjungi. Suami sayalah yang pertama kali 'menginisasi'  sehingga kami pun bisa sampai ke sana. Berawal dari penelusuran beliau di google maps untuk melihat tempat-tempat menarik lainnya yang bisa dikunjungi dalam perjalanan pulang dari kota Duhok menuju Sulaymaniyah. Sebelumnya kami menginap di kota Duhok selama dua malam. Sembari melihat di peta, kota-kota sekitar yang akan dilewati seperjalanan pulang, suami saya teringat akan cerita dari salah satu koleganya yang beragama Katholik. Teman ini pernah mengatakan kalau leluhurnya berasal dari kota Alqosh dan katanya di kota ini ada sebuah bangunan biara yang unik. Di peta sendiri tampak simbol yang menunjukkan adanya beberapa bangunan gereja lainnya. Setelah mempelajari peta, ternyata kota ini letaknya tidak jauh dari kota Duhok. Yah, kalau bisa sekalian berkunjung ke sana, kenapa tidak? Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui, demikian kata pepatah. 😊

Kalau secara posisi, kota ini bukan berada di jalur utama yang seharusnya ditempuh. Namun karena keinginan kami melihat beberapa bangunan gereja tua di sana (yang secara jumlah cukup banyak dibanding kota lainnya), maka tidak ada salahnya berbelok ke jalan yang berbeda. Setelah menempuh sekitar 30 menit perjalanan dari kota Duhok, tibalah kami di pos pemeriksaan yang ada sebelum pintu masuk gerbang utama menuju kotanya. Selama tinggal di Irak Kurdistan ini, ke mana pun kami pergi dan melewati pos pemeriksaan, hal utama yang biasanya perlu ditunjukkan adalah paspor dan kartu residensi. Jadi kami pun sudah mempersiapkan hal tersebut. Namun ternyata tentara penjaga meminta kami menepi. Setelah menepikan kendaraan, suami pun segera mendatangi kembali pos tersebut sambil membawa segala dokumen yang diperlukan. 

Cukup lama saya dan anak-anak menunggu di dalam mobil. Saya yakin masalah bahasa menjadi kendala utama. Bahasa Arabic & Kurdish kami tak tahu dan tentaranya pun tidak bisa bahasa Indonesia & English. 😅 Jadilah Pak Suami menggunakan fasilitas PHONE A FRIEND untuk membantu menjembatani komunikasi antara beliau dan petugas penjaga. Saya sempat mengabadikan momen ketika suami diinterogasi petugas (foto diambil dari pantulan kaca mobil), karena sebenarnya ada larangan untuk mengambil foto di pos pemeriksaan manapun. Bapak penjaga tersebut menanyakan tentang maksud dan tujuan kami ke sana, apakah kami membawa senjata, pekerjaan kami, dan banyak hal lainnya. Tapi akhirnya setelah sekitar 20 menitan, problem solved atas bantuan sahabat kami sehingga kami diijinkan masuk ke dalam kota kecil ini. 

Pak Suami sedang menghubungi salah satu teman untuk meminta bantuan agar dapat berkomunikasi dengan petugas penjaga


Setelah lepas dari pos pemeriksaan tersebut, saya dan suami berdialog di dalam mobil tentang mengapa penjagaan dilakukan sampai sebegitu ketatnya. Hingga pada saat itu, kami masih belum tahu kalau kota ini 100% penduduknya adalah Kristen. Yah, meskipun di gerbang utamanya terpampang simbol salib, tapi kami masih belum terpikir mengenai hal tersebut. Sampai pada saat dimana suami saya sempat berkenalan dan ngobrol dengan seorang bapak yang kebetulan bisa berbahasa Inggris, barulah fakta ini kami ketahui. Ohya, saat itu sempat ada pertanyaan terlontar dari bapak tersebut, apakah kami ini turis atau teroris, setelah beliau mengetahui asal negara kami dari Indonesia. Oh my oh my!! 😳

Bersama Bapak yang menjadi sumber informan kami :)
Mar Gorgis Church menjadi latar belakang foto


Di dalam kota ini terdapat empat gereja dan dua biara dengan perkiraan sekitar 500 keluarga Kristen yang tinggal di sana. Tempat yang pertama kali kami kunjungi adalah biara, yaitu Our Lady Monastery dan Sant Hormizd Monastery. Kedua biara ini ada di jalan yang searah, jadi kami bisa sekaligus mengunjungi keduanya. Bentuk bangunan Our Lady Monastery sudah merupakan bangunan modern, sangat berbeda dengan Sant Hormizd Monastery. Tidak lama waktu yang kami habiskan di Our Lady Monastery. Bahkan kami pun tidak masuk ke dalamnya, hanya mengambil beberapa foto dari bagian luar bangunan. Untuk saat ini, sebagian dari bangunan biara Our Lady Monastery digunakan sebagai panti asuhan.
Penampakan dari luar Our Lady Monastery


Sant Hormizd Monastery mulai berdiri sejak abad ke-7 dan menjadi saksi sejarah penyebaran kekristenan di wilayah Mesopotamia dan Assyrian. Tapi bangunan biara ini sekarang tidak dipakai untuk ibadah umum, hanya perayaan-perayaan tertentu saja. 
Aksara Aramic yang masih digunakan di beberapa gereja Katholik Kaldean (kiri) dan ruang ibadah di Sant Hormizd Monastery yang sudah tidak digunakan untuk kebaktian umum (kanan)


Sant Hormizd Monastery dibangun di atas pegunungan batu. Warna bangunannya senada dengan warna gunung batu, sehingga tampak seperti kamuflase. Untuk sampai ke sana, kami harus melewati satu gerbang pos pemeriksaan lainnya yang penjagaannya tidak seketat di awal masuk kota. Disambut oleh jalanan menanjak dengan tikungan-tikungan tajamnya sempat membuat hati deg-degan, kuatir city car kami bakal ngambek 😜
Bangunan biara yang tampak menyatu dengan gunung batu (atas) dan jalanan terjal menikung yang harus dilalui untuk sampai ke biara (bawah)


Akhirnya kami pun sampai di biara, namun masih harus menaiki ratusan anak tangga hingga sampai ke puncak biara. Kelelahan yang dirasakan terbayar lunas dengan pemandangan luar biasa yang menanti di sana 😍
Ohya, sebelumnya saya sudah menceritakan tentang kolega suami saya yang leluhurnya berasal dari kota ini dan ternyata leluhur beliau memiliki nama keluarga yang sama dengan nama biara ini, yaitu Hormizd. Apakah ada sangkut paut di antaranya, entahlah. Kami belum sempat menanyakan secara mendalam ke beliau.

Berikut beberapa foto yang menunjukkan bagian luar dan bagian dalam biara:
 



Setelah puas mengeksplor Sant Hormizd Monastery, kami juga sempat melihat gereja-gereja yang ada di sana. Salah satunya adalah Mar Gorgis Church yang sering diliput oleh media dan pasti ramai dikunjungi saat ada perayaan tertentu, seperti Natal dan Paskah. Hal yang unik dari gereja ini adalah dekorasi penuh warna-warni di sepanjang dindingnya. 
Tampilan unik Mar Gorgis Church

Tepat di kota Alqosh, propinsi Niniwe ini pulalah Nabi Nahum berasal. Nahum merupakan salah satu nabi di perjanjian lama.

Nahum 1:1 "Ucapan Ilahi tentang Niniwe. Kitab penglihatan Nahum, orang Elkosh." 

Di kota ini jugalah Nabi Nahum dimakamkan, tapi pada saat kami berkunjung ke sana, makam masih dalam proses restorasi akibat serangan ISIS/Daesh pada tahun 2014. Di tahun yang sama, para wanita dan anak kecil mengungsi dari kota ini karena ISIS sudah menguasai kota Mosul (ibukota propinsi Niniwe), kota yang berjarak kurang lebih 40 km, sementara kaum pria dibantu oleh peshmarga (tentara Kurdistan) bertahan untuk melindungi kota ini. Setelah ISIS kalah sekitar tahun 2015-2016, para keluarga kembali lagi ke kota Alqosh ini dan mereka kemudian mulai membangun kembali kota inisecara perlahan.  
Menurut penjelasan salah satu penduduk lokal, makam Nabi Nahum masih sering dikunjungi oleh kaum Yahudi. Tapi selain itu, tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya.

Makam Nabi Nahum yang sedang dalam proses restorasi

Puas mengulik isi kota, kami pun bergegas pulang mengingat perjalanan jauh yang masih harus ditempuh hingga ke Sulaymaniyah. Saat melewati kembali pos pemeriksaan awal tadi, kami sempat bertegur sapa dengan tentara penjaganya. Ternyata penjaganya sudah orang yang berbeda, mungkin sudah berganti shift. Dia pun sempat menawarkan kami untuk singgah sekedar minum cha (teh) yang terpaksa kami tolak karena masalah waktu 😞

Sungguh pengalaman langka dan luar biasa untuk bisa mendatangi kota ini. Semoga Tuhan semakin meneguhkan iman mereka dan memberikan perlindungan senantiasa kepada seluruh penduduk di kota ini. 🙏

Sebagai penutup, silakan menikmati video berikut yang menunjukkan keindahan panorama kota Alqosh.







No comments:

Post a Comment

Thank you for reading my story. I would be happy to read your comment. :)